Kamis, 22 Desember 2011

Tugas Umum Ekonomi Koperasi

Jurnal Sairara:
  
  
  MUSIM SEMI  DAN SASTRA-SENI INDONESIA DI PARIS
  
  
  Musim Semi 2008 yang sudah memasuki kota sejak beberapa hari lalu,   disambut oleh Lembaga Persahabatan Franco-Indonesia "Pasar Malam", Paris,  dengan beberapa kegiatan sastra. Seperti diketahui, sejak berdirinya Lembaga ini yang selanjutnya kusingkat dengan "Pasar Malam", memang menggunakan pendekatan kebudayaan dalam mengembangnumbuhkan persahabatan antara kedua bangsa dan rakyat: Perancis-Indonesia.
  
  
  Dengan pendekatan kebudayaan beginilah, Pasar Malam telah menyelenggarakan rangkaian kegiatan sastra-seni terencana dari tahun ke tahun.  Beberapa kegiatan sastra yang perlu dicatat adalah Hari Sastra Indonesia pada November 2004, sebuah seminar tentang sastra Indonesia dalam hubungannya dengan sastra Perancis dan Belanda. Para pakar sastra terkemuka dari Belanda dan Perancis serta Joesoef Isak dari penerbit Hasta Mitra, telah berbicara.  Goenawan Mohamad yang juga diundang berhalangan datang karena pada waktu itu,  ia sedang mengikuti acara Ubud Writers and Readers. Hari Sastra Indonesia di Paris ini diselenggarakan dengan dukungan Menteri Kebudayaan Perancis, Dubes Perancis di Jakarta, Dubes Belanda di Paris dan berbagai sponsor lainnya. Semuanya diperoleh melalui lobbie kuat "Pasar Malam".
  
  
  Setahun kemudian, bekerja sama dengan Universitas Sorbonne, "Pasar Malam" menyelenggarakan seminar membandingkan dan melihat hubungan antara dua penulis terkenal André Malraux dan Eduard du Perron, serta hubungan mereka dengan Indonesiadan. Seminar bandingan dengan tema lain begini juga diselenggarakan oleh "Pasar Malam" bekerja sama dengan Senat. Dalam seminar ini dari Indonesia hadir Seno Adji Goemira dan Ayu Utami.
  
  
  Ayu Utami kembali datang ke Paris dalam rangka peluncuran "Saman" karyanya yang diterbitkan oleh Flammarion tahun lalu. Peluncuran dilakukan di Koperasi Restoran Indonesia dan mendapat perhatian besar. Berlangsung sampai tengah malam.  Debat tentang karya ini telah menyisihkan dingin musim ke pojok yang jauh.
  
  
  Ketika Pramoedya A. Toer meninggal, menggunakan sebuah gedung bioskop publik, "Pasar Malam" telah menyelenggarakan pemutaran filem tentang Pram, dilanjutkan dengan dikusi tentang Pram dan karya-karyanya yang antara lain dihadiri oleh Dr. Sawitri Scherer, penyelamat naskah Gadis Pantai dari kelenyapan dan yang telah menulis tesis Ph. D-nya tentang Pram.
  
  
  Akhir Musim Dingin tahun ini,  "Pasar Malam" telah mengundang Tan Lioe Ie, penyair dari Bali untuk membacakan puisi-puisinya. Acara Tan berlangsung di Koperasi Restoran Indonesia Paris. Seperti diketahui "Pasar Malam" dan Koperasi Rstoran Indonesia Paris dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kebudayaan ini bekerjasama sangat erat karena pendekatan yang sama dalam memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Perancis.  Koperasi Restoran Indonesia dengan pendekatan ini telah melakukan berbagai kegiatan kebudayaan  secara mandiri selama seperempat abad lebih. Karena itu Yuli Mumpuni mantan Atase Pers KBRI Paris, sekarang Dubes RI di Aljazair menyebut Koperasi Restoran Indonesia di Paris sebagai "duta bangsa". Dan orang-orang Perancis menamakannya sebagai "le restaurant pas comme les autres" [restoran yang lain dari yang lain].
  
  
  Pasar Malam bekerjasama dengan Koperasi Restoran Indonesia dan kotapraja Paris VI, pernah menyelenggarakan pameran lukisan Pelukis Salim selama seminggu.  Seperti diketahui, Pelukis Salim sejak usia 17 tahun sudah menetap di Paris dan hidup sebagai pelukis profesional.  Tahun ini beliau berusia 102 tahun.  Salim adalah seorang pelukis Indonesia yang langka. Sering terlintas padaku pikiran, mengapa tidak Indonesia membangun sebuah museum Salim. Ajip Rosidi telah menulis biografinya, sedangkan Sanento Yuliman alm. dengan bantuan Buyung Tanisan,  pernah mendokumentasi kehidupan beliau. Toeti Heraty disamping Ajip termasuk salah seorang yang banyak menyimpan karya-karya Salim mantan murid Ferdinand Leger, dan kenal baik dengan Picasso.
  
  
  Kegiatan penting lain  di bidang sastra dari "Pasar Malam" yang berlangsung musim dingin tahun lalu adalah seminar banding bertemakan "masalah seks dalam sastra Indonesia. Dalam acara ini yang digunakan sebagai bahasan, terutama karya-karya penulis perempuan Indonesia seperti Dorothea Herliany, Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu dan lain-lain...  Seminar banding ini diselenggarakan bekerjasama dengan L'Institut Néerlandais , sebuah lembaga kebudayaan Belanda di Paris yang juga sangat akrab hubungannya dengan Koperasi kami.
  
  
  Dalam rangka memperkenalkan Indonesia dan mengembangkan persahabatan Perancis-Indonesia, "Pasar Malam" juga telah menerbitkan sebuah majalah bernama "Le Banian" yang ditopang oleh para Indonesianis Perancis dan negeri-negeri lain. Banyak artikel-artikel menarik dalam berbagai bidang tentang Indonesia , dengan acuan-acuan pendukung yang kuat, terdapat di Le Banian. Hampir semua penulis Le Banian adalah orang-orang yang sering menulis di L'Archipel, penerbitan akademi  dari L'Ecole des Haute Etudes en Sicences Sociales [L'EHESS] -- sebuah pendidikan tinggi yang telah menelorkan banyak tenaga-tenaga peneliti Indonesia , terutama di bidang ilmu-ilmu sosial.
  
  
  Hari Jumat 04 April 2008, menurut rencana, "Pasar Malam" kembali akan menyelenggarakan acara sastra menggunakan Koperasi Restoran Indonesia sebagai tempat kegiatan. Yang akan menjadi pembicara utamanya adalah penyair Sitor Situmorang. Sebelumnya, Sitor memang pernah datang ke Koperasi ini dan kukira secara pemikiran dan emosional Sitor mempunyai  keterkaitan dengan Koperasi Restoran Indonesia di Paris karena itu ia minta kegiatan untuknya dilangsungkan di Koperasi. Jauh sebelum kedatangannya di Koperasi kali ini, Sitor pernah membacakan puisi-puisinya bersama Rendra dan Radar Pancadahana.
  
  
  Setelah acara Jumat dengan Sitor ini, pada 09 April 2008 bekerjasama dengan IFEO [Institut Perancis Untuk Studi Negeri-negeri Timur] akan menyelenggarakan pertemuan dengan Goenawan  Mohamad dan Laksmi Pamuncak. IFEO mempunyai perwakilan tetap di Indonesia. Aku tidak tahu, apakah perwakilan tetap ini oleh pemerintahan Sarkozy yang banyak melakukan reformasi, masih tetap dipertahankan. Sebab menurut harian Katolik La Croix,  Paris, Sarkozy, presiden Perancis yang sekarang, akan mengurangi lembaga-lembaga kebudayaan Perancis di luar negeri. Jika hal ini benar terjadi maka aku hanya bisa menyayangkan, terutama untuk konteks Indonesia. Sebab  setelah berpuluh tahun mendorong Perancis mengintensifkan kegiatan kebudayaannya di Indonesia dan sekarang usaha itu memperlihatkan instensitasnya,  jika benar dilakukan pengurangan maka usaha puluhan tahun mendorongnya akan terasa seperti diabaikan atau  disetarakan sebagai kertas klad alias corat-coret.
  
  
  Melalui kegiatan "Pasar Malam" dengan pendekatan kebudayaannya ditambah dengan pengalaman berpuluh tahun, juga pengalaman sejarah negeri mana pun, selama ini memperkenalkan Indonesia dan masalahnya, akan sangat heran jika ada yang masih meremehkan arti organisasi , entah apa pun namanya, dalam kegiatan , berkesenian. Joesoef Isak, Goenawan Mohamad,Tan Lioe Iie, Ayu Utami, Seno Adji Gumira, Pram, Sitor dan lain-lain... mungkinkah hadir di Paris tanpa organisasi?  Tanpa organisasi dan pengorganisasian, aku tak bisa membayangkan kegiatan berkesenian akan berkembang terencana, apalagi menciptakan suatu gerakan kebudayaan.
  
  
  "Pasar Malam" tentu saja tidak mempunyai niat mengembangkan gerakan kebudayaan di Indonesia kecuali menggalang persahabatan antara kedua negeri. Hanya saja melalui undangan-undangan terhadap sastrawan Indonesia  seperti yang dilakukan "Pasar Malam"  sampai sekarang, kukira akan berdampak positif dalam mendorong perkembangan sastra di Indonesia. Kiranya perhatian penerbit Perancis terhadap sastra Indonesia beerbahasa Indonesia sekarang, tidak lepas dari kegiatan "Pasar Malam".
  
  
  Dalam hal ini,  yang aku ingin pertanyakan kepada "Pasar Malam", apakah tidak sebaiknya jika yang diundang bukan hanya penulis-penulis yang "bernama" dari Jakarta, tapi juga dari daerah. Untuk masa mendatang, kukira perhatian terhadap penulis-penulis daerah luar Jawa dan daerah perlu mendapat perhatian lebih dari "Pasar Malam" . Pengangkatan penulis-penulis daerah dan luar Jawa akan sejalan dengan pengembangan serta pengejawantahan sastra-seni kepulauan sesuai konsep republiken dan berkendonesiaan. Sekedar usul kepada "Pasar Malam" karena kuanggap lebih punya persektif dalam pengembangan sastra Indonesia daripada hanya membatasi undangan pada Jakarta dan Jawa.  Apalagi kukira perspektif Indonesia ada di daerah dan pulau-pulau. Untuk ini kukira sastrawan dari Makassar, Lampung, Riau, Medan, Kaltim, Timor Barat, Flores, patut mendapat perhatian. Sekali lagi sekedar usul. Aku memang memimpikan sastra Indonesia yang republiken dan berkeindonesiaan , yang bhinneka tunggal ika
menjelma dari konsep menjadi kenyataan. "I have a dream" and this is my dream. Inilah mimpiku.***
  
  
  Paris, Musim Bunga 2008
  ----------------------------------
  JJ. Kusni, pekerja biasa pada Koperasi Restoran Indonesia di Paris.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar