Sabtu, 09 April 2011

PEREKONOMIAN INDONESIA

PENGANGGURAN DAN INFLASI DI INDONESIA










Disusun Oleh:
Risa Iswari (29210324)
Kelas 1EB19








UNIVERSITAS GUNADARMA 2011





KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karuniaNYA, sehingga saya dapat menyelesaikan makala ini dengan judul”Pengangguran dan Inflasi di Indonesia” yang di ajukan sebagai salah satu penilaian dalam memahami dan menambah pengetahuan tentang pengangguran dan inflasi.

Dalam penyusunan makala ini, saya menemukan berbagai hambatan dan kesulitan, namun berkat dorongan serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya makala ini dapat diselesaikan walaupun masih ada kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, saya mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyususan makala ini. Semoga makala ini bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca.

Kami menyadari bahwa makala ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.





Bekasi, April 2011




Penulis




















DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang……………………………………………….……………………...…….... 1
1.2 Masalah pengangguran dan inflasi…………………………..…………….……………...... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan teori……...……………………………………………………………………… 3
2.2 Pembahasan masalah………………………………………………………………………. 5

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 6
3.2 Saran………………………………………………………………………………………... 6

DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………………………7




























BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen. Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400 ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata 2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran.di.Indonesia.bertambah.
Bayangkan, pada 1997, jumlah penganggur terbuka mencapai 4,18 juta. Selanjutnya, pada 1999 (6,03 juta), 2000 (5,81 juta), 2001 (8,005 juta), 2002 (9,13 juta) dan 2003 (11,35 juta). Sementara itu, data pekerja dan pengangguran menunjukkan, pada 2001: usia kerja (144,033 juta), angkatan kerja (98,812 juta), penduduk yang kerja (90,807 juta), penganggur terbuka (8,005 juta), setengah penganggur terpaksa (6,010 juta), setengah ppada 2002: usia kerja (148,730 juta), angkatan kerja (100,779 juta), penduduk yang kerja (91,647 juta), penganggur terbuka (9,132 juta), setengah penganggur terpaksa (28,869 juta), setengah penganggur sukarela dan penganggur sukarela (24,422 juta) tidak diketahui jumlah pastinya. Hingga tahun 2002 saja telah banyak pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga 2007 pasti jumlah penggangguran semakin bertambah dan mengakibatkan kacaunya stabilitas perkembangan ekonomi Indonesia.




















1.2 MASALAH PENGANGGURAN

a. Krisis Sosial

Jika masalah pengangguran yang demikian rumit di biarkan begitu saja maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu krisis sosial ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas, tingginya angka kenakalan remaja, meningkatnya jumlah anak jalanan atau preman, dan kemungkinan besar untuk terjadi berbagai kekerasan sosial yang senantiasa menghantui masyarakat.
Bagi banyak orang, mendapatkan sebuah pekerjaan seperti mendapatkan harga diri. Kehilangan pekerjaan bisa dianggap kehilangan harga diri. Walaupun bukan pilihan semua orang, di zaman serba susah begini pengangguran dapat sebagai nasib. Seseorang bisa saja di PHK karena perusahaannya bangkrut. Padahal di masyarakat, jutaan pengangguran juga banyak menanti tenaganya dimanfaatkan.
Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia kedepannya akan menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya menjadi suatu krisis sosial, karena banyak orang yang frustasi mengahdapi nasibnya.

b. Masalah Inflasi

Setelah dalam sepuluh tahun terakhir laju inflasi nasional mampu dipertahankan dibawah angka sepuluh persen, namun pada tahun 1997 laju inflasi akhirnya menembus angka dua digit, yaitu 11,05 persen. Laju inflasi tahun 1997 itu jauh lebih tinggi jika dibandingkan inflasi 1996 yang 6,47 persen. Hal itu terjadi di samping karena kemarau panjang, antara lain juga akibat krisis moneter yang akhirnya melebar menjadi krisis ekonomi. Inflasi bulan Desember 1997 saja tercatat 2,04 persen. Dengan angka inflasi 11,05 persen, sekaligus menempatakan Indonesia sebagai negara yang memiliki angka inflasi tertinggi di ASEAN, setidaknya dalam tiga tahun terakhr ini. Tingginya angka inflasi karena tidak seimbangnya antara permintaan dan penawaran barang dan jasa
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LANDASAN TEORI
Didasarkan pada fakta itulah A.W. Phillips mengamati hubungan antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran. Dari hasil pengamatannya, ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan tingkat pengangguran, dalam arti jika inflasi tinggi, maka pengangguran akan rendah. Hasil pengamatan Phillips ini dikenal dengan kurva Phillip.
Kurva Philip

Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya.
Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
Untuk menggambarkan kurva Phillips di Indonesia digunakan data tingkat inflasi tahunan dan tingkat pengangguran yang ada. Data digunakan adalah data dari tahun 1980 hingga tahun 2005. Berdasarkan hasil pengamatan dengan data yang ada, maka kurva Phillips untuk Indonesia terlihat seperti gambar berikut :



Kurva Phillips untuk Indonesia
A.W. Phillips menggambarkan bagaimana sebaran hubungan antara inflasi dengan tingkat pengangguran didasarkan pada asumsi bahwa inflasi merupakan cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat. Dengan naiknya permintaan agre-gat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka, pengangguran berkurang.
Menggunakan pendekatan A.W.Phillips dengan menghubungkan antara pengangguran dengan tingkat inflasi untuk kasus Indonesia kurang tepat. Hal ini didasarkan pada hasil analisis tingkat pengangguran dan inflasi di Indonesia dari tahun 1980 hingga 2005, ternyata secara statistik maupun grafis tidak ada pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan tingkat pengangguran.








2.2 PEMBAHASAN HUBUNGAN PENGANGGURAN DAN INFLASI DI INDONESIA
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif dan bukanya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli ,pergerakan Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut. Melalui artikel inilah saya mencoba untuk mengangkat masalah pengangguran dengan segala dampaknya di Indonesia yang menurut pengamatan saya sudah semakin memprihatinkan terutama ketika negara kita terkena imbas dari krisis ekonomi sejak tahun 1997












BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengangguran adalah suatu kondisi di mana orang tidak dapat bekerja, karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Ada berbagai macam tipe pengangguran, misalnya pengangguran teknologis, pengangguran friksional dan pengangguran struktural. Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan
berbagai permasalahan lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama
rendahnya taraf hidup para penduduk di negara kita. Inflasi (inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang berlangsung terus menerus. Tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi.
3.2 SARAN
Sebaiknya pemerintah harus lebih memperhatikan masalah pengangguran di Indonesia. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran yang didorong oleh tujuan ekonomi, seperti menyediakan kesempatan kerja.











DAFTAR PUSAKA
• http://www.google.ac.id
• Dr. Tulus T.H. Tambunan, 2001. Perekonomian Indonesia, Jakarta
• Sadono Sukirno, 1980. Pengantar Teori Makroekonomi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar